Direktur CIMS, Irfan L. Sarhindi, berkesempatan membagikan pandangannya mengenai implementasi kurikulum Merdeka Belajar di madrasah Indonesia dalam forum Indonesian Scholars International Convention (ISIC) 2025 yang berlangsung di Imperial College London (5 Juli 2025).
Dalam sesinya, Irfan merefleksikan pengalamannya mendampingi 10 guru madrasah di Kudus pada periode 2021–2022, yang kemudian diperkaya dengan tinjauan literatur. Ia menekankan berbagai potensi sekaligus tantangan yang muncul dari penerapan Merdeka Belajar. Beberapa isu mendasar yang diangkat antara lain: lemahnya strategi jangka panjang, keterbatasan literasi, serta ketidakpastian akibat perubahan kebijakan kurikulum setiap kali terjadi pergantian menteri.
Menurut Irfan, tantangan tersebut menunjukkan urgensi perlunya peta jalan pendidikan yang berjangka panjang, kontekstual, dan inklusif, yang dijalankan secara bertahap. Hal ini harus diiringi dengan peningkatan kualitas guru secara berkelanjutan, mengingat Indonesia merupakan salah satu sistem pendidikan terbesar dan paling kompleks di dunia.


